Gempa berkekuatan Magnitudo 5,8 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (20/6/2023). (BMKG)

JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan analisis geologi terkait gempa berkekuatan M 5,8 yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, pada Selasa lalu (20/6/2023).

Berdasarkan laporan BMKG, gempa tersebut terjadi pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2023, pukul 15:39:18 WIB.

Lokasi episenter gempa berada di Selat Siberut dengan koordinat 98,55 BT dan 0,91 LS, sekitar 162,2 km barat laut kota Tuapejat, dengan kedalaman 10 km.

Menurut laporan Badan Geologi, daerah terdekat dengan pusat gempa adalah bagian barat laut Pulau Siberut. Pulau Siberut memiliki morfologi perbukitan yang bergelombang hingga terjal, dikelilingi oleh dataran pantai.

"Secara umum, daerah tersebut terdiri dari tanah lunak (kelas E) dan tanah sedang (kelas D) di sepanjang daerah pantai, serta didominasi oleh tanah keras/batuan lunak (kelas C) di bagian tengah Pulau Siberut," tulis BMKG dalam keterangan resminya pada Rabu (21/6/2023).

Lebih lanjut, Badan Geologi menjelaskan bahwa Pulau Siberut terdiri dari batuan berumur Pra Tersier, termasuk batuan metamorf dan meta sedimen, batuan berumur Tersier yang terdiri dari batuan sedimen, dan endapan Kuarter yang meliputi endapan aluvial pantai, sungai, rawa, dan batugamping koral.

Sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan memiliki sifat lunak, tidak padat (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya gempa bumi.

"Selain itu, pada morfologi perbukitan yang terjal dan terdiri dari batuan yang telah mengalami pelapukan, terdapat potensi terjadinya gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi,"lanjutnya.

Berdasarkan lokasi episenter gempa, kedalaman, dan mekanisme sumber, gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas megathrust dengan mekanisme sesar naik dan sudut landai (low angle) yang berarah barat laut - tenggara.

Menurut data Badan Geologi, permukiman penduduk yang terdampak guncangan gempa terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi dengan tingkat risiko menengah hingga tinggi.

"Gempa ini tidak mengakibatkan tsunami meskipun episenter berada di laut, namun tidak ada deformasi di bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami." katanya.

Namun, menurut data Badan Geologi, wilayah pantai barat Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Provinsi Sumatera Barat tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter.

"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi," paparnya.


Editor : Nur Ichsan Yuniarto

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network