JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyiapkan 15 ton garam untuk operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang aakan ditebar ke langit di Sumatra Barat (Sumbar). Operasi ini dalam rangka mengurangi intensitas hujan di wilayah Sumbar dalam penanganan bencana banjir lahar dingin dan longsor.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, TMC ini bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga sejumlah pihak terkait dalam rangka memperlancar proses pencarian korban banjir dan tanah longsor di Sumbar. Tercatat, 50 orang meninggal dunia akibat bencana ini. Selain itu, 27 orang masih dinyatakan hilang, 37 luka-luka serta 3.396 jiwa mengungsi.
“Jadi kami berkoordinasi dengan BNPB, Rabu ini mulai operasi modifikasi cuaca dengan tujuan berupaya mengurangi intensitas hujan agar bisa memperlancar proses pencarian korban dan normalisasi lingkungan karena perlu ada perbaikan jalan, penguatan lereng sungai, itu akan sulit dilakukan bila kondisi hujan,” ujar Dwikorita, Rabu (15/5/2024).
Dwikorita mengatakan, sebanyak 15 ton garam tersebut akan disemai di langit Sumbar dalam waktu 5 hari. Setelah itu, akan ada evaluasi apakah operasi TMC dilanjutkan atau dihentikan.
“Jadi kami kurang lebih 15 ton garam untuk pengendalian awan-awan itu, kemudian kami merencanakan setiap hari akan dilakukan tiga sorti penerbangan paling tidak selama 5 hari kemudian kami evaluasi,” katanya.
Sementara itu, Dwikorita juga mengimbau petugas dan masyarakat yang melakukan pencarian korban banjir untuk waspada potensi banjir susulan.
“Potensi banjir lahar dingin susulan memang kami sampaikan kepada masyarakat agar mewaspadai potensi tersebut dengan cara terus memperhatikan peringatan dini yang disampaikan BMKG,” ucapnya.
Dwikorita mengatakan, BMKG juga bekerja sama dengan Polda Sumbar, Babinsa dan berbagai pihak serta menyarankan ada pengawas atau pemantau sungai sehingga potensi dampak banjir bisa diminimalkan.
“Karena sebetulnya masyarakat juga bisa melihat apabila air sungai ini mulai keruh dan kecepatannya meningkat, sebaiknya segera meninggalkan lokasi bantaran apalagi di lembah aliran sungai. Jadi ada koordinasi terutama untuk peringatan dini dan menghindar dari daerah yang berbahaya,” ujarnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait