PADANG, iNews.id - Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat (Sumbar) turut angkat suara terkait rencana Kementerian Agama (Kemenag) yang akan mengatur materi khotbah salah Jumat. Namun, mereka menyarankan agar khotbah sesuai dengan kadar akal dan lokasi.
"Tidak semua konsep khotbah itu cocok di semua masjid di Indonesia, mubaligh di masjid itu juga sudah tahu," Ketua PWM Sumbar Shofwan Karim Elhussein, Selasa (24/11/2020).
Shofwan mengatakan, mubaligh itu tiap jumat pertama bulan ganjil di masjid ini, kemudian bulan ganjil kedua di masjid yang lain, bulan genap di masjid lain.
"Mereka tahu lingkungan, tahu situasi dan bukan soal politik nasional, soal-soal hal lokal, jadi kalau membuat konsep kita setuju saja, banyak itu buku-buku khotbah cari itu di internet ada versi bermacam-macam ada versi ormas, ada versi yayasan, ada versi perorang," kata Shofwan,
Shofwan mempersilakan konsep itu dibuat. Dia berkaca pada almarhum Buya Radim Rahman ketua PW Muhammadiyah pada tahun 1990-1995. Saat itu semua khutbahnya dibukukan oleh PP Muhammadiyah dan itu menjadi pedoman bagi Muhammadiyah.
“Kalau tiba-tiba dia (pengkhotbah) kehilangan inspirasi mencari ke situ ke buku yang tersebut. Jadi tidak ada masalah yang masalah nanti kalau setiap orang itu wajib membaca konsep itu dalam khotbah itu menjadi masalah, kalau wajib harus disampaikan minggu ini, ini minggu ini disitu dia bermasalah," kata dia.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar (UMSB) ini melanjutkan, pada tahun 1970 dia tamat sekolah aliyah di Padang Panjang, setiap pulang kampung sudah khotbah Jumat karena dia sudah diajari muhadharah.
"Maka saya tidak melihat teks, cuma isi khotbah saya kadang-kadang saya pedomi juga teks hadist ayatnya kemudian saya sesuai dengan lingkungan di mana masjid saya lakukan khotbah," kata dia.
Jadi, lanjut Shofwan, tidak ada masalah apalagi kalau pakar yang membuat, silakan saja itu mungkin cocok di masjid Istiqlal Jakarta atau untuk masjid Agung Al-Azhar Jakarta, itu untuk level nasional apalagi itu kalau membikin itu dosen-dosen itu cocok untuk orang awam dibawa.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait