JAKARTA, iNews.id - Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) akan menerima Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Ratai 509. Kapal itu dihibahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL).
Rencananya, KRI Teluk Ratai akan menjadi Museum Angkatan Laut di Pariaman.
"Kapal perang itu nantinya akan dijadikan museum Angkatan Laut di Kota Pariaman," kata Wali Kota Pariaman, Genius Umar, Selasa (8/6/2021).
Genius menambahkan, dengan adanya museum Angkatan Laut ini, maka KRI Teluk Ratai 509 ini bisa menjadi magnet wisatawan.
"Tak hanya itu, ini akan menjadi media edukasi untuk pelajar tentang sejarah bahari dari Kota Pariaman," katanya.
Namun, bagaimana kisah kapal perang buatan Amerika Serikat yang pernah menjadi saksi sejarah perang dunia ke-II ini.
Dilansir dari berbagai sumber, sebelum diresmikan sebagai Kapal Perang Republik Indonesia, kapal ini milik Amerika Serikat. Kapal ini dulunya bernama INAGUA SHIPPER-678.
Kapal ini dibuat dan dirakit di Galangan Chicago Bridge dan Iron Co. USA pada tanggal 30 Juni 1944, dengan jenis Kapal Perang Landing Ship Tank (LST).
Kemudian, pada 31 Maret 1960, kapal ini resmi diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan masuk dalam jajaran TNI AL pada tahun 1967 sebagai unsur Satuan Kapal Amfibi Koarmatim dengan nama KRI Teluk Ratai-509.
Pada tanggal 01 April 1990, Kapal ini dialihbinakan ke Kolinlamil untuk memperkuat jajaran Satlinlamil Surabaya, sampai dipurna tugaskan pada 15 Agustus 2019 lalu.
Selama setengah abad lebih, kapal perang ini banyak dilibatkan dalam operasi militer, antara lain Operasi Dwikora, Operasi Seroja Timor-Timur, Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya, TNI/ABRI Masuk Desa.
Kemudian menjadi Angkutan Laut Militer (Anglamil) pasukan penjaga wilayah perbatasan RI, dan operasi penanggulangan bencana alam tsunami di Aceh serta bantuan angkutan laut dalam mendukung pembangunan nasional.
Kapal yang mempunyai panjang 100 meter dan lebar 15,5 meter ini mampu mengangkut 20 tank dan 200 personel. Kapal ini mempunyai rampa depan untuk memudahkan pendaratan pasukan beserta persenjataannya. Kapal ini juga mampy mendarat langsung di pantai/Beaching.
Sementara untuk persenjataan, Kapal ini dirancang lebih pada kebutuhan peran dari PSU (Penangkis Serangan Udara), ada dua pucuk meriam kanon twin kaliber 40 mm (di haluan dan di buritan), empat pucuk meriam kanon 40 mm laras tunggal, dan 12 pucuk meriam kanon 37 mm laras tunggal, di mana semuanya dioperasikan secara manual.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait