AGAM,iNews.id - Sebanyak lima ton benih ikan yang berada di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barat (Sumbar) mati. Hal ini disebabkan karena kekurangan oksigen setelah angin kencang melanda wilayah tersebut.
"Kematian ikan itu tersebar di beberapa petak keramba jaring apung dengan ukuran empat sampai enam centimeter," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Rosva Deswira, Sabtu (4/3/2023).
Dia menambahkan, tingginya mortalitas atau kematian benih ikan dalam keramba jaring apung tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
"Yakni faktor alam atau lingkungan dan faktor benih itu sendiri," katanya.
Faktor alam atau lingkungan terutama akibat kualitas air danau yang sudah semakin memburuk yang ditandai dengan warna air yang selalu hijau.
"Selain itu, masih seringnya terjadi badai di sekitar danau yang menyebabkan terjadinya pembalikan massa air atau upwelling," katanya.
"Dengan kondisi itu, sehingga sedimen kotoran ikan dan sisa pakan ikan yang tinggi kandungan amonianya naik ke permukaan," lanjutnya.
Sedangkan faktor benih antara lain adalah kualitas induk atau benih ikan yang mulai menurun, karena mayoritas induk ikan yang digunakan sudah bukan induk unggul lagi.
Dia mengimbau pembudidaya ikan sudah saatnya melakukan aktivitas budidaya ikan di keramba jaring apung memperhatikan daya dukung danau yakni, mengurangi padat tebar, memberikan pakan ikan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan ikan.
"Yang terpenting adalah secara perlahan-lahan mulai mengurangi jumlah keramba jaring apung, sehingga mencapai batas maksimal yang diperbolehkan, bukan malah menambahnya," kata dia.
Hasil pemantauan di lapangan dan koordinasi dengan Pemerintahan Nagari Koto Kaciak, Bayua, Maninjau dan Tanjung Sani, sampai kondisi Kamis (2/3/2023) diperoleh hasil bahwa fakta di lapangan tidak sebesar informasi yang beredar dan tidak ada kematian ikan secara massal.
Di Danau Maninjau, tambahnya, tidak terdapat bangkai ikan yang menumpuk-numpuk sebagaimana informasi yang beredar.
"Aroma udara sepanjang perjalanan dalam melakukan monitoring juga normal, tidak tercium aroma bangkai, busuk atau amis," katanya.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait