Dulu Dibanjiri Wisatawan, Kota Seks Kini Hancur akibat Covid-19
PARIS, iNews.id – Cap d’Agde yang berjuluk kota seks dan bebas telanjang terbesar di pesisir pantai Prancis, nasibnya kini berubah 180 derajat. Kota maksiat yang dulunya dibanjiri wisatawan terutama penggila seks, kini hancur akibat pandemi Covid-19.
Di kota ini, hampir 100 wisatawan dinyatakan positif. Pada Agustus 2021 lalu, dua karyawan juga dinyatakan positif Covid seusai pesta cabul.
Dilansir dari Mirror, selama pandemi Covid-19, banyak wisatawan yang tak patuh peraturan. Di antaranya penggunaan masker dan jaga jarak sosial. Pembatasan yang diberlakukan juga semakin memperparah kondisi wisata di kawasan ini.
Seorang pelaku bisnis di sini mengaku memiliki 800 karyawan. Sebanyak 300 orang di antaranya terpaksa diberhentikan. "Saya telah kehilangan 80 persen bisnis. Sekarang banyak orang tidak berminat untuk bersenang-senang," ujarnya.
Cap d’Agde memang dikenal sebagai kota dengan warganya bebas telanjang baik ke mal, salon, saat berjemur di pantai, dan lain-lain. Selain itu, warga kota menerapkan perilaku bertukar pasangan tanpa ikatan sah pernikahan.
Cap d'Agde memiliki grais pantai sepanjang 2 kilometer. Banyak fasilitas wisata di kawasan ini mulai dari toko pakaian, sauna, tempat nongkrong, hingga kelab malam dewasa.
Cap d'Agde sudah ada sejak 1958. Awalnya hanya sebagai kawasan kemah bagi kaum nudis (kaum telanjang). Tapi pada pada 1970-an, mereka mengubahnya menjadi kota telanjang.
Untuk dapat masuk kawasan ini, wisatawan harus merogoh kocek sebesar enam euro atau sekitar Rp102.000. Biasanya, dalam sehari, sekitar 50.000 wisatawan berkunjung ke Cap d'Agde.
Wisatawan yang kedapatan berpakaian pada siang hari di Cap d'Agde akan didenda 15.000 Euro atau Rp256 juta. Namun pada malam hari, wisatawan bolehn berpakaian karena cuaca yang dingin.
Editor: Kastolani Marzuki