get app
inews
Aa Text
Read Next : Akses Jalan di Sumbar Sudah Terbuka, Daerah Terdampak Banjir Kini Bisa Dijangkau

Intip Rumah Sederhana Tempat Lahir Mohammad Natsir, Pahlawan Nasional dari Solok

Sabtu, 06 Agustus 2022 - 14:41:00 WIB
Intip Rumah Sederhana Tempat Lahir Mohammad Natsir, Pahlawan Nasional dari Solok
Rumah kelahiran pahlawan nasional Mohammad Natsir di Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumbar. (FOTO ANTARA/Laila Syafarud)

SOLOK, iNews.id - Mohammad Natsir merupakan satu di antara pahlawan nasional. Dia lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 17 Juli 1908.

Moh Natsir memiliki gelar Datuk Sinaro Panjang. Dia menjadi Perdana Menteri Kelima Republik Indonesia. Dia juga pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi dan seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia.

Rumah kelahiran Buya M Natsir terletak di pinggir jembatan berukir, dekat pasar tradisional Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Bangunan rumah didominasi warna kuning yang cukup mencolok.

"Di rumah inilah Bapak Mohammad Natsir dilahirkan. Tepatnya pada tanggal 17 Juli 1908 dari pasangan Bapak Idris Sutan Saripado dengan istrinya Khadijah," ujar Tuti Murniati (69) salah satu cucu sahabat orang tua Buya M Natsir, sekaligus pemilik rumah kelahiran pahlawan nasional tersebut, Jumat (5/8/2022).

Tuti menjelaskan, berdasarkan cerita dari neneknya bernama Siti Zahara, kakeknya bernama Kamal Sutan Rajo Ameh berteman baik dengan orang tua Buya M Natsir yang sebelumnya berasal dari Bukittinggi.

"Mereka sama-sama sebagai pedagang, yakni berdagang rempah-rempah seperti cengkeh, pala dan lainnya yang dijual ke daerah Bukittinggi, Payakumbuh dan Painan," katanya.

Suatu ketika, orang tua dari Buya M Natsir menyampaikan suatu pesan dia dan istrinya ingin pindah ke Alahan Panjang karena tidak betah tinggal di Bukittinggi akibat penganiayaan yang dilakukan penjajah Belanda.

"Kakek kami pun menyambut baik kedatangan beliau dan istrinya, karena anak kakek banyak yang hidup dirantau. Mereka pun tinggal bersama di rumah ini," ucapnya.

Setelah beberapa tahun pasangan suami istri itu tinggal di Alahan Panjang, lahirlah anak mereka yang diberi nama Mohammad Natsir, tepatnya pada tanggal 17 Juli 1908 di rumah sederhana itu.

Seiring berjalannya waktu, ketika umur M Natsir sekitar 5-6 tahun, Nagari Alahan Panjang dinyatakan dalam keadaan genting atau darurat. Pemerintah setempat mengumumkan agar masyarakat segera meninggalkan rumah untuk pergi menyelamatkan diri ke bukit-bukit.

"Karena terdapat kabar penjajah Belanda akan melakukan serangan bom di Nagari Alahan Panjang," katanya.

Semenjak kejadian itu, berpisahlah keluarga Idris (orang tua Buya M Natsir) dan keluarga Kamal (kakek Tuti). Keluarga Idris kembali ke kampung halaman mereka di Maninjau, sementara keluarga Kamal mengungsi ke daerah pegunungan di Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti karena tempat tersebut belum diketahui penjajah Belanda kala itu.

Sesampai di Alahan Panjang setelah pulang dari tempat pengungsian sekitar tiga hingga empat bulan lamanya, keluarga Kamal menemukan rumah tempat kelahiran M Natsir tersebut habis dibakar penjajah Belanda.

"Rumah sebelumnya sudah dibakar penjajah Belanda. Setelah kemerdekaan rumah ini kembali dibangun, persis seperti aslinya untuk mengenang sejarah," kata Tuti.

Sampai saat ini, Tuti bersama keluarganya terus berupaya membangun dan melestarikan rumah bersejarah peninggalan kakeknya. Di mana rumah itu merupakan tempat kelahiran Buya M Natsir yang saat ini telah diangkat sebagai pahlawan nasional.

Selain itu, Tuti juga mengatakan dia pernah bertemu Buya M Natsir sekitar tahun 1970-an. Menurutnya Buya merupakan sosok yang sangat sederhana, cerdas dan rendah hati.

"Bahkan saat M Natsir diangkat menjadi menteri pun rumah dan pakaiannya tampak sederhana, namun tetap menghargai keluarga kami yang berkunjung ke rumahnya, meskipun tamu beliau sangat ramai waktu itu," ujarnya.

Kendati merupakan rumah milik pribadinya, Tuti tidak membatasi siapa pun yang hendak berkunjung ke rumah bersejarah itu.

Bahkan sebelum dipasangkan papan nama rumah kelahiran M Natsir oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) sudah banyak yang berkunjung, baik dari dalam maupun luar negeri hanya sekadar mengenang sejarah kelahiran M Natsir.

"Sekarang sudah dipasangkan papan petunjuk sebagai rumah kelahiran Bapak M Natsir oleh Dewan Dakwah sehingga memudahkan siapa pun yang berkunjung ke sini," kata Tuti Murniati.

Catatan sejarah 

Sebagai salah satu pahlawan nasional, cukup beragam catatan sejarah yang dapat direkam dari Mohammad Nastir. Mohammad Natsir (17 Juli 1908 – 6 Februari 1993) merupakan seorang ulama, politikus dan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Dia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi dan tokoh Islam terkemuka Indonesia.

Di dalam negeri, dia pernah menjabat Menteri Penerangan dan Perdana Menteri (PM) Indonesia, sedangkan di kancah internasional, dia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Natsir lahir dan dibesarkan di Solok sebelum akhirnya pindah ke Bandung, Jawa Barat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di perguruan tinggi. Dia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik berideologi Islam.

Pada 5 September 1950, dia diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham dengan Presiden Soekarno, dia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan Islam di Indonesia.

Natsir kemudian terlibat pemberontakan PRRI yang membuatnya sempat dipenjara. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin Soeharto hingga membuatnya dicekal.

Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Dia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya dia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain.

Dia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam.

Selama hidupnya, dia dianugerahi tiga gelar doktor honoris causa, satu dari Lebanon dan dua dari Malaysia. Pada tanggal 10 November 2008, Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Natsir dikenal sebagai menteri yang 'tak punya baju bagus, jasnya bertambal'.

Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah. 

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut