“Laju emisi (fluks) gas SO2 Gunung Marapi dari satelit sentinel mengalami peningkatan dalam satu minggu terakhir,” katanya.
Sedangkan ancaman bahaya yang dapat terjadi adalah jika pasokan magma dari kedalaman berlangsung kembali dan cenderung meningkat, erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi ancaman dari lontaran material vulkanis berukuran batu (bom), lapili atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi/Kawah Verbeek.
Sedangkan untuk potensi ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas dan jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin.
“Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Oleh karena itu terdapat potensi bahaya aliran banjir lahar pada lembah dan aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi,” katanya.
Tak hanya itu, terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanis beracun seperti gas CO2, CO, SO2 dan H2S di area kawah puncak G. Marapi.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 22 April 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi tetap pada Level III Siaga,” katanya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait