Cerita Korban Gempa Pasaman Barat, Pilih Bangun Rumah ketimbang Beli Baju Lebaran
"Tukang yang mengerjakannya anak dan saudara kita yang sudah biasa merakit baja ringan. Saat ini atap rumah sudah terpasang dan pengerjaan rangka serta memasang pintu dan jendela," katanya.
Menurutnya, keberanian mereka membuat hunian ini karena bantuan tidak kunjung dapat. Jangankan hunian sementara, tenda darurat yang layak saja juga tidak ada.
Padahal, katanya berbagai macam petugas telah datang menemui mereka mendata dan meminta Kartu Keluarga. Namun sudah hampir dua bulan bantuan tidak kunjung ada.
"Selama ini kami dua keluarga atau lima orang tidur disudut-sudut rumah yang runtuh, dapur rumah dan warung yang ada di sebelah rumah," katanya.
Akibat bantuan yang tidak kunjung datang itu, mereka perlahan-lahan memperbaiki warung yang rusak dari uang bantuan relawan yang datang sehingga bisa kembali berjualan dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Selain itu juga meruntuhkan rumah yang rusak dan membangunnya kembali dengan modal seadanya dan uang pinjaman.
"Saat ini warung sudah selesai dan rumah sedang pengerjaan dengan biaya yang sudah habis sekitar Rp10 juta. Perkiraan nanti habis Rp18 juta," katanya
Editor: Nur Ichsan Yuniarto