get app
inews
Aa Text
Read Next : Gunung Semeru Erupsi Hari ini, Kolom Abu Capai 800 Meter

Kenapa Gunung Meletus Sering Terjadi di Akhir Tahun?

Kamis, 07 November 2024 - 09:20:00 WIB
Kenapa Gunung Meletus Sering Terjadi di Akhir Tahun?
Gunung Marapi di Sumbar saat mengalami erupsi, Kamis (7/11/2024). (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Sejumlah gunung api di Indonesia mengalami kenaikan aktivitas vulkanis menjelang akhir tahun. Seperti Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang baru meletus hingga menelan 10 korban jiwa dan statusnya kini Level IV Awas. 

Kemudian Gunung Marapi di Sumatra Barat (Sumbar) yang terus erupsi dan terakhir meletus, Kamis (7/11/2024) pagi. Bahkan status Gunung Marapi kini kembali naik dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga per tanggal 6 November 2024.

“Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan tingkat aktivitas Gunung Marapi dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga terhitung dari tanggal 6 November 2024 pukul 15:00 WIB,” ujar Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, Rabu (6/11/2024).

Kenapa gunung meletus sering terjadi di akhir tahun? Sebenarnya gunung meletus tidak selalu terjadi di akhir tahun. Pola letusan gunung api tidak dapat diprediksi secara pasti.

Letusan gunung berapi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti unjeksi magma baru yang menyebabkan dapur magma kelebihan kapasitas. Kemudian pemisahan antara larutan dan gas di dalam dapur magma, kondisi di bawah, di dalam dan di atas dapur magma. Selanjutnya dinamika magma dan aktivitas di bawah permukaan gunung.

Dikutip dari laman ITB, Volkanolog Dr Eng Mirzam Abdurrachman, ST, MT dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB pernah mengungkapkan tiga faktor utama mengapa gunung api bisa meletus. Pertama karena kondisi di bawah dapur magma, kedua kondisi di dalam dapur magma dan ketiga kondisi di atas dapur magma atau permukaan gunung.

“Jadi pada prinsipnya gunung api meletus itu terjadi karena ada ketidakstabilan di dalam dapur magma. Karena ketidakstabilan tersebut kemudian dikonversikan menjadi letusan,” ujarnya dikutip dari laman ITB, Kamis (7/11/2024).

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut