Kisah Mahasiswa UGM Tuna Netra di Limapuluh Kota Dirikan 6 Pondok Tahfiz Quran
LIMAPULUH KOTA, iNews.id - Seorang mahasiswa penyandang disabilitas atau tuna netra asal Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) sukses mendirikan enam pondok tahfiz Alquran. Dia mendirikan pondok di tengah keterebatasannya.
Mahasiswa bernama Akhlaqul Imam (19) itu berasal dari daerah Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota. Enam pondok tahfiz qurannya tersebar di beberapa lokasi.
Imam bercerita, gangguan mata yang dialaminya adalah low vision atau gangguan penglihatan. Meski begitu, dia masih memiliki sisa penglihatan dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan alat bantu.
"Saya sudah mulai diarahkan oleh keluarga untuk belajar Alquran semenjak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Walaupun saat SD itu saya belum mendapati wadah yang baik untuk belajar menghafal, sehingga baru bisa belajar menghafal sendiri di rumah," kata Imam, Minggu (12/9/2021).
Imam menambahkan, dia baru mulai belajar secara terstruktur untuk menghafal Alquran di penghujung kelas VII SMP atau sekitar tahun 2015.
Saat itu, dirinya belajar di Pondok Tahfidz Raudhatul Quran. Pada 2018 dia telah memiliki hafalan hampir 20 juz Al Quran.
"Pada 2018 itu geliat Tahfidz di Kota Payakumbuh sudah luar biasa. Tapi kegiatan Tahfiz di tempat tinggal saya di Lareh Sago Halaban ini belum semarak. Kalaupun ada itu tidak banyak," katanya.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada itu melanjutkan, di Kecamatan Lareh Sago Halaban ini belum banyak tempat Tahfiz dan tidak sebanyak di Kota Payakumbuh.
"Kalau tidak salah baru ada dua atau tiga tempat Tahfiz di sini, berangkat dari sini dan karena hafalan yang sudah 20 juz saya berdiskusi dengan keluarga, ustaz dan tokoh masyarakat untuk mendirikan Pondok Tahfiz Alquran," kata dia.
"Pertama yang didirikan yakni Pondok Tahfiz Alquran Istiqamah tepatnya 12 Juli 2018," lanjutnya.
Putra dari pasangan Yasril dan Erlis Idris ini mengatakan, pada awal berdirinya pondok Tahfiz ini, jumlah santri atau anak yang ikut sekitar 30 sampai 40 orang dan masih berjalan hingga saat ini.
"Di 2019 baru kami kembangkan ke Pondok Tahfidz Al-Ikhlas, di 2020 Pondok Tahfidz Nurul Akbar, 2021 awal kita buka Pondok Tahfidz Al Muttaqin dan seusai Ramadhan mendirikan Pondok Tahfidz Al Mutaqaddimin," katanya.
Dia mengatakan kelima pondok Tahfidz tersebut berkegiatan di masjid. Selain di lima Masjid tersebut, dia juga melaksanakan aktivitasnya untuk mengajar Tahfidz di kediamannya.
"Kalau yang di rumah ini kita beri nama Raudhatul Ilmi yang konsepnya itu berbentuk privat yang muncul karena keinginan dari para peserta di Pondok Tahfidz untuk menambah waktu menghafalnya sebab pelaksanaan di Masjid hanya dua kali dalam sepekan," lanjutnya..
Aktivitasnya di Pondok Tahfidz masih berjalan seperti biasa meskipun juga sedang menjalani perkuliahan di UGM, sebab saat ini perkuliahan masih dilaksanakan secara daring.
"Kalaupun kuliah sudah tatap muka, Insya Allah Pondok Tahfidz tetap dapat berjalan seperti biasa karena kami sudah menyiapkan regenerasi," katanya.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto