Kisah Muswar Iwan, Binaragawan asal Sumbar Peraih Hattrick Medali Emas di Ajang PON
JAYAPURA, iNews.id - Istilah from zero to hero layak disematkan kepada binaragawan asal Sumatra Barat (Sumbar) Muswar Iwan. Dia meraih medali emas pada ajang PON XX Papua 2021 cabang olahraga binaraga untuk kelas 75 kg, sekaligus emas ketiga untuk Sumbar.
Capaian ini sekaligus memperpanjang rekornya dengan meraih hattrick medali emas pada tiga ajang PON secara berturut-turut. Mulai dari PON Riau 2012 di kelas 70kg, PON Jawa Barat 2016 dan pada PON Papua 2021 untuk kelas 75kg.
Namun mungkin tak banyak yang tahu, atlet binaragawan andalan Ranah Minang ini sempat terpuruk dilanda krisis finansial. Kisahnya dimulai pada 2017 saat Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumbar menghentikan uang pembinaan untuk atlet usai Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) resmi dibubarkan. Dampaknya pembinaan olahraga prestasi tak lagi tergantung pada dana pemerintah dan harus dikembalikan ke masyarakat melalui induk cabang masing-masing.
Pria kelahiran Duri, Riau 47 tahun silam itu dibuat pusing bukan kepalang. Sebab uang pembinaan dari profesi atlet jadi satu-satunya penyokong roda ekonomi keluarganya di Kota Padang.
"Waktu itu tidak ada menerima uang pembinaan, terus saya sempat putus asa. Yang kedua, saya mengundurkan diri tuh karena 'didepak' dari kontrak khusus bersama Pemkot Sawahlunto berhubungan dengan penggantian kepala daerah," kata Iwan.
Alih profesi jadi pengusaha gym di Kota Padang pun dipilih Iwan sebab ada keyakinan yang kuat usaha berdasarkan hobi pasti menjanjikan hasil lebih baik. Nominal yang dipinjam pun lumayan Rp1,7 miliar.
"Saat itu ada teman yang jadi importir bilang, Mas Iwan sampai kapan mau jadi atlet. Ayo buka gym. Berapa aja ada uang dulu, nanti dibayar per bulan," kata Iwan mengisahkan perbincangannya dengan si pemodal.
Risiko menanggung utang pun dia ambil setelah Tuhan membuka pintu rezeki yang lain lewat salah satu produsen suplemen tubuh di Pulau Jawa. Iwan dipekerjakan sebagai kepala departemen promosi dengan gaji yang pas-pasan untuk menutup cicilan gym.
"Gym ini jadi jalan saya bisa menyambung hidup keluarga lewat usaha. Tidak mungkin selamanya saya jadi atlet," kata Iwan.
Gadai mobil
Pekan Olahraga PON XX Papua rupanya menjadi titik terang bagi Iwan untuk bisa keluar dari jeratan kredit usaha gym yang dia beri nama "Gym Samuray" di Jalan Prof Dr Hamka, Koto Tangah, Kota Padang.
Alasannya, bonus yang dijanjikan Pemprov Sumbar dipastikan bisa menutup sisa utang dari pengadaan fasilitas gym yang sedang dirintis.
"Medali emas Papua ini sepadan lah dengan pengorbanan yang saya buat. Mudah-mudahan bisa menutupi gym," katanya.
Untuk merealisasikan obsesi itu, Iwan kembali dihadapkan pada persoalan finansial yang lain. Kebutuhan dana untuk persiapan PON dia takar berkisar Rp20 juta lebih per bulan.
Sebenarnya upaya melobi pengurus cabang demi ongkos perjalanan bisa dia lakukan, tapi prinsip hidup Iwan untuk tidak mengemis pada siapa pun begitu kuat sehingga pilihan itu urung dilakukan.
"Saya tidak mau mengemis. Mungkin ini jalan satu-satunya. Saya menggadaikan mobil Honda CRV saya Rp100 juta untuk persiapan selama dua bulan PON Papua," kata Iwan.
Demi mempertebal otot, Iwan fokus pada program diet seharga Rp4,2 juta per hari di luar biaya suplemen yang dia sebut berkisar Rp20 jutaan sebulan.
Biaya itu termasuk beli buah, tagihan katering makan harian serta multivitamin.
"Berbicara kebutuhan binaraga, mungkin orang bilang 'no money no muscle' memang benar, kita mau besar cuma makan karbo mana bisa," katanya.
Usaha gym yang terbengkalai imbas Covid-19 pun dia manfaatkan sebagai tempat berlatih menambah massa otot. Hampir seluruh harinya dia habiskan di gym.
Sesi latihan dimulai dengan berjemur di bawah matahari mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, lalu dilanjut dengan menu makanan diet saat jam istirahat.
"Sore sampai malam yang saya lakukan hanya latihan, makan dan tidur. Saya tidak pikirkan yang lainnya," katanya.
Singkat cerita, 15 hari sebelum keberangkatan menuju Bumi Cenderawasih, dia pun didera kehabisan dana.
Postingan menggadai mobil di media sosial memancing rasa prihatin dari sejumlah kolega. Berkat peran mereka, tiket penerbangan yang dia sebut tiga kali lebih mahal pun bisa didapat berikut biaya hidup selama bertandang ke Papua.
Hingga hari yang dinantikan pun tiba. Pria dengan kuncir rambut mirip kesatria berpedang samurai itu tampil di babak final kelas 75 kg menantang otot dari Taat Pribadi (Jawa Tengah), Albar Azmi (Jawa Timur), Sentius Logo (Papua) dan Abdul Manan.
Pada kontes binaraga yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, Senin (4/10) malam, Iwan Samuray berhak atas medali emas ketiganya sejak PON Riau XVIII tahun 2012 lalu.
Iwan kini bernapas lega. Impitan utang senilai Rp1,7 miliar akhirnya bisa dia tebus meski harus melalui tantangan yang tidak mudah.
Editor: Donald Karouw