Pembangunan Jembatan Layang Sitinjau Laut Dimulai 2022, Pemerintah Kucurkan Rp1,28 Triliun
Jalur Sitinjau Laut yang merupakan jalan nasional menghubungkan Kota Padang dengan Solok dikenal sebagai jalur maut.
Tanjakan yang terbilang ekstrem, turunan tajam, tikungan maut, jurang yang menganga di sisi jalan hingga ancaman longsor dari perbukitan menjadi tantangan yang harus ditaklukkan pengemudi.
Tak sedikit sopir yang ciut nyalinya saat harus menjajal tanjakan dengan kemiringan hingga 45 derajat, tepatnya di Panorama I. Apabila kondisi kendaraan tak laik, maka maut tantangannya.
Insiden masuk jurang, kendaraan kehabisan nafas di pendakian, rem blong hingga tertimpa material longsor menjadi fenomena rutin di Sitinjau Laut.
Sebelumnya Pakar transportasi publik Universitas Andalas (Unand) Yosyafra, Phd menilai pembangunan jalan layang di Panorama I dan II di kawasan Sitinjau Laut merupakan solusi mengatasi beratnya jalur tersebut.
"Jalur Sitinjau Laut masuk salah satu yang terberat di Indonesia, tidak semua sopir kendaraan besar bisa melewatinya, apalagi derajat kemiringan lebih dari delapan persen sehingga salah satu solusi adalah membangun jembatan di Panorama I dan II," katanya.
Jika jembatan selesai, akan memudahkan kendaraan berat yang kelebihan dimensi dan muatan. Selama ini kerap terjadi kecelakaan karena derajat kemiringan jalan yang tinggi serta kendaraan yang lewat melebihi ukuran dan muatan.
"Secara standar jalan, saat ini kawasan Sitinjau Laut sudah memenuhi standar jalan nasional dengan lebar minimal delapan meter," katanya.
Editor: Maria Christina