Rumah Adat di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat
JAKARTA, iNews.id - Rumah Adat di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat merupakan bangunan tradisional di daerah Provinsi Sumatera Barat. Rumah Gadang ini dikenal rumah yang memiliki bentuk atapnya seperti tanduk kerbau yang runcing.
Atap inilah yang disebut sebagai gonjong Rumah Gadang. Rumah Gadang ini dibangun dengan arsitektur yang unik dengan ukiran kayunya yang indah serta penuh makna.
Seperti Rumah Gadang itulah bentuk rumah-rumah masyarakat di negeri Minangkabau salah satunya di Kabupaten 50 Kota. Sekarang sudah sangat jarang masyarakat minang yang tinggal di Rumah Gadang, bahkan bisa dihitung dengan jari.
Rumah Gadang yang ada sekarang dijadikan sebagai objek wisata. Rumah Gadang, bangunan adat yang dilestarikan dan menjadi harta budaya dan juga sebagai literasi budaya yang turun menurun dari generasi ke generasi.
Berikut Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat yang wajib kamu ketahui:

Salah satu perkampungan adat yang berada di kabupaten 50 kota dikenal dengan nama Kampuang Sarugo, yang dalam bahasa Indonesianya disebut dengan Kampung Surga. Kampung ini dijadikan sebagai tempat shooting film Bagadang Randang.
Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat Kampuang Sarugo berlokasi di Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Koto Tinggi dikenal oleh banyak orang sebagai penghasil buah jeruk terbanyak di Kabupaten 50 Kota ini ternyata tidak hanya terkenal dengan jeruknya saja, namun juga terkenal karena sebuah perkampungan dengan barisan rumah gadang bergonjong yang begitu menawan.
Kampuang Sarugo menjadi salah satu saksi sejarah pernah di tinggali ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Syafruddin Prawira Negara bersama dengan rombongannya saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di Kampuang Sarugo ini terdapat sebanyak 29 Rumah Gadang dengan ukuran masing-masing 5x16 meter dan setiap Rumah Gadang memiliki lima gonjong yang mengambarkan Rukun Islam. Tidak semua Rumah Gadang ini berbaris dengan rapi, namun semua gonjong inilah yang menghadap menghadap ke Mesjid Raya Kampuang Sarugo yang memiliki arti Saribu Gonjong. Di perkampungan ini tercatat sebanyak 800 orang yang tinggal di sini.
“Di sini terdapat 29 Rumah Gadang dengan ukuran masing-masing 5x16 meter dan setiap Rumah Gadang memiliki lima gonjong yang mengambarkan Rukun Islam. Tidak semua Rumah Gadang ini berbaris dengan rapi, namun semua gonjong inilah yang menghadap menghadap ke Mesjid Raya Kampuang Sarugo yang memiliki arti Saribu Gonjong. Di perkampungan ini tercatat sebanyak 800 orang yang tinggal di sini” Jelas Rahmida salah seorang warga yang tinggal di Kampuang Sarugo pada Senin (18/10/21).
Banyak wisatawan yang berdatangan ke Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat ini untuk berwisata dan menikmati keindahan alam Kampuang Sarugo yang menawan. Ketika berwisata mereka sibuk melihat arsitektur Rumah Gadang dan asyik berswafoto.
Sementara itu ada juga yang menikmati agrowisata Jeruk dan bermain di sungai yang berjarak sekitar 300 meter dari Kampuang Sarugo itu. Tak sedikit wisatawan yang berminat untuk menginap di Kampuang Sarugo ini, meski belum semua Rumah Gadangnya dijadikan sebagai homestay.
Untuk bisa ke Kampuang Sarugo kamu harus menempuh perjalanan sejauh 50 kilometer dari pusat Kota Payakumbuh menuju Gunung Omeh, atau sekitar 1 jam 30 menit berkendaraan roda dua atau empat.
Perjalanan menuju Kampuang Sarugo ini cukup menantang walaupun jalannya beraspal, karena ada beberapa titik jalan yang berlobang dan digenangi oleh air. Selain itu jalanannya juga terbilang kecil dan banyak kelokan yang patah. Jalan-jalan yang berbelok ini disebabkan karena lokasinya yang berada di pegunungan. Walaupun keadaan jalan yang cukup menantang, kamu tidak perlu takut, karena di sepanjang jalan menuju Kampung Sarugo akan membuat kamu tercenggang akan pemandangan alamnya yang indah.
Suasana di Kampuang Sarugo masih sangat asri dan damai dari kebisingan perkotaan, karena lokasinya yang berada di desa terpencil paling utara di Kabupaten 50 Kota, bahkan sinyal internet susah untuk didapatkan, hanya beberapa tempat dengan sambungan wifi saja, namun tidak terlalu maksimal.
Rahmida menjelaskan bahwa, Kabupaten 50 Kota mendapatkan penghargaan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. H. Sandiaga Salahudin Uno, B.B.A., M.B.A sebagai kabupaten dengan peserta Desa Wisata Terbanyak dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 “Desa Wisata Simbol Kebangkitan Ekonomi Nasional” pada tanggal 28 Agustus 2021.
“Waktu itu Bapak menteri Sandiaga Uno datang berkunjung bersama dengan Tim Penilai Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021” tambah Rahmida

Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat selanjunya yang cukup heboh diberitakan saat akan dilaksanakannya pemidahan makam Tan Malaka dari Kediri, Jawa Timur ke kampung halamannya yang berada di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat pada tanggal 21 Februari 2017.
Untuk mencapai Rumah Gadang Tan Malaka, maka kamu harus menempuh jarak sejauh 39,4 kilometer dari pusat kota Payakumbuh selama 1 jam 17 menit dengan mengendarai sepeda motor atau mobil. Sesampai di desa Pandam Gadang, kita perlu menyusuri jalan kecil untuk menuju Museum dan pustaka Tan Malaka. Berjarak 100 meter dari tepi jalan raya.
Museum dan pustaka berhalaman padang rumput hijau dan sekeliling museum terdapat pohon kelapa menggambarkan suasana desa kehidupan pada masa lampau dan di sisi kanan Museum dan pustaka Tan Malaka terdapat beberapa kolam ikan dengan airnya yang jernih sehingga nampak dengan jelas ikan-ikan yang sedang berenang di dalamnya. Suara air pada saluran pengairan kolam itu menambah suasana asri dan sejuk.
Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat ini selain cagar budaya dan museum, Rumah Gadang Tan Malaka juga merupakan pustaka Tan Malaka yang mampu memberikan pelajaran literasi sejarah pahlawan nasional kepada para generasi muda bangsa. Di dalam Rumah Gadang Tan Malaka terdapat banyak sekali buku-buku yang pernah ditulis maupun buku-buku yang pernah di baca oleh beliau semasa hidupnya dulu.
Kini Rumah Gadang yang telah resmi menjadi cagar budaya Tan Malaka tidak dilirik kaula muda. Keluarga besar berharap pemerintah pusat maupun daerah turut membatu menjaga aset ini.
Walaupun Rumah Tan Malaka tampaknya sudah tua, kayu dan papan telah dimakan rayap hingga ada beberapa bagian dari rumah gadang tersebut yang terasa rapuh ketika di pegang. Sehingga pemerintah daerah yang melestarikan cagar budaya yang lingkupnya Sumatera Barat - Riau memberikan bantuan untuk renovasi Rumah Tan Malaka.
Tidak semuanya diperbaharui hanya menyisip yang tidak layak pakai. Bagian dari rumah asli Tan Malaka masih asli seperti lantai, tiang tempat tidur, meja, kursi dan lemari pakaian.
"Tidak semua bagian rumah gadang yang diganti, hanya menyisip bagian yang tidak layak pakai, seperti atap, dan beberapa papan lantai yang telah lapuk," kata Indra Ibnu Ikatama salah satu cicit piyut keluarga besar Tan Malaka saat ditemui di rumahnya.

Pada dinding rumah terpajang Foto Tan Malaka dari dirinya yang masih kecil hingga dewasa, juga masih terpampang nyata silsilah keluarga besar Tan Malaka. Layaknya perpustakaan, di Rumah Gadang Tan Malaka terdapat buku-buku bacaan sejarah, surat kabar dan pepatah Tan Malaka yang bergelora
Rumah Gadang ini terdiri dari 6 gonjong, bagian tiang dicat dengan warna coklat, sedangkan bagain dinding rumah dicat warna biru langit dan merah muda. Kombinasi ini sangat cocok dengan warna kain jendela yang berwarna merah hati. Di dalam ruangan runah Gadang tersebut terdapat tempat tidur dengan besi padunya masih utuh lengkap dengan kasur, bantal, dan alas kasur.
Di samping tempat tidur terdapat lemari pakaian lengkap dengan pakaian Tan Malaka masa dulu. Sedangkan di depannya terdapat sebuah meja dan juga kursi dengan pahatan yang unik dan indah. Tak hanya itu, alat musik telempong masih utuh dan tersusun dengan rapi di sudut rumah Gadang itu. Jika kita melihat kearah luar dari jendela maka mata kita akan langsung melihat makam pahlawan Tan Malaka.
Makam Tan Malaka yang diapit oleh makam ayah dan ibuya. Makam berkramik berwarna hitam mengkilap dan dituliskan nama Tan Malaka berda di depan Rumah Gadang tersebut. Pada bagian kepala pusara tertancap bendera merah putih. Patung Tan Malaka berada di pojok kanan Rumah Gadang, berdiri gagah dan menawan menghadap ke rumah Gadang.
Berdasarkan penjelasan dari Indra, rumah ini di rawat oleh seorang penjaga. Rumah itu setiap pagi di buka semua jendelanya dan ditutup saat petang menjelang. Jika ada tamu yang datang untuk melihat cagar budaya ini, cukup hanya dengan meminta izin maka kamu bisa melihat dan masuk ke dalam cagar budaya dan juga pustaka Tan Malaka ini.
Tidak begitu banyak pengunjung yang datang ke cagar budaya dan pustaka Tan Malaka ini dan hanya ramai di kala ada sekolah yang pergi study tour saja. Selebihnya Cagar budaya ini sepi bahkan tidak ada pengunjung.
Besar harapan Indra, bahwa pemerintah akan membantu untuk melestarikan aset negara ini dan dijadikan sebagai literasi sejarah sesungguhnya bagi para generasi muda penerus bangsa.

Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat selanjutnya beralamat di Nagari Andiang, Kecamatan Suliki, Kabuapten 50 kota, Sumatera Barat. Rumah Gadang yang dibangun di tepi tebing ini, tampak megah dan berdiri kokoh. Ukiran dindingnya masih begitu tajam dengan warna yang masih tegas.
Di halaman Rumah Gadang ini berdiri 2 buah rangkiang. Rangkiang ini merupakan untuk lumbung padi. Taman Rumah Gadang ditata begitu indah dengan bunga-bunga berwarna-warni yang turut memeriahkan suasana lingkungan dan rumput hijau yang menyejukkan mata.
Jalan dari gerbang hingga tangga dipakaikan keramik warna hitam mengkilap yang dikombinasikan dengan keramik berwarna putih dan krem layaknya karpet untuk para tamu yang datang berkunjung. Sungguh penataan yang indah dan suasana yang asri serta nyaman.
Tak heran jika Rumah Gadang ini kerap di jadikan sebagai area spot foto dengan tema adat yang paling menarik dan eksotis. Banyak pasangan yang hendak menikah mengambil foto preweddingnya di sini.
Tapi tidak menutup kemungkinan, juga banyak anak-anak muda yang berswafoto bersama di sini. Tidak ada karcis masuk, kamu cukup meminta izin ke pada pemilik rumah dan bisa berfoto di setiap sudut halaman Rumah Gadang ini.
Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat yang satu ini, bagian dalam Rumah Gadang ini bersifat privat dan tidak terbuka untuk umum, walaupun di dalamnya hanya kosong dan tidak ada benda peninggalan sejarah di sana.
Walau begitu setiap tahunnya di dalam ruangan Rumah Gadang itu di jadikan sebagai tempat untuk mengadakan acara silaturahmi dan halal bihalal bagi para masyarakat di Nagari Andiang yang pergi ketika pulang kampung.

“Bagi masyarakat umum yang berdatangan hanya bisa berswafoto di halaman rumah saja dan tidak diperbolehkan untuk masuk, karena rumah itu merupakan milik pribadi dan privat. Namun digunaakn setiap tahuannya untuk acara halal bihalal masyarakat yang merantau ketika pulang kampung, karena ruangannya yang luas," kata Tania Angelina salah seorang warga yang tinggal di dekat rumah gadang itu.
Lantai bawah Rumah Gadang, yang disebut sebagai “kandang”, di jadikan sebagai ruangan keluarga sebagai tempat tinggal dan beraktivitas keseharian.
Selain tempat untuk berfoto, rumah Gadang yang berada di Nagari Andiang ini juga dijadikan sebagai area untuk berlatih menari tarian tradisional adat minangkabau yang dilatih oleh seorang ibuk sekaligus pememilik rumah Gadang tersebut. Halamannya yang teduh dan sejuk karena berada di bawah pohon besar yang rindang.
Murit-murit yang berlatih di sana akan semakin ramai jika mendekati musim acara perpisahan sekolah. Dari pagi hingga malam halaman rumah dipenuhi oleh anak-anak yang datang untuk berlatih menari.

Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat yang terahir merupakan kompleks Rumah gadang dengan luas lebih dari 3 hektar ini dibangun oleh almarhum Nasrul Chas, seorang pengusaha kaya yang juga pemilik rumah gadang yang berada di Nagari Andiang. Beliau juga seorang pendiri Hotel Pusako yang berada di Bukittinggi.
Rumah Gadang ini diresmikan pada Januari 1994 oleh menteri Pariwisata pos dan telekomunikasi. Yang kemudian bangunan ini dipersembahkan untuk anak cucu Minangkabau untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya adat Minangkabau.
Rumah Gadang Sungai Berigin berada di Nagari Sunagai Beringin di Kecamatan payakumbuh, Kabupaten 5 Kota, Sumatera Barat. Rumah Gadang ini berjarak dari pusat Kota Payakumbuh.
Di sepanjang perjalanan kamu akan melihat hamparan sawah hijau dan pegunungan yang asri. Di tepi jalan terdapat saluran air irigasi yang begitu jernih dan deras. Bunyi gemerincing air dapat dengan jelas kamu dengarkan. Begitu indah dan masih begitu asri.
Apalagi jika kamu berkunjung di saat cuaca lagi cerah, sungguh aduhai pesona pemandangan di Nagari Sungai Beringin itu.
Di Gerbang Rumah Gadang itu kamu akan melihat sebuah papan dengan tulisan karcis masuk sebesar Rp. 5000. ketika kamu memasuki gerbang, kamu akan merasa begitu takjub dengan tata taman dan juga perkarangannya yang indah mempesona, belum lagi jika kamu melihat rumah Gadang yang berdiri kokoh dan gagah.
Jalan Perkarangan menuju Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat ini diberi keramik mengkilap bewarna coklat muda dikombinasikan dengan warna hitam, laksana karpet penanti tamu. Di sisi kanan dan kiri berjejeran lampu lentera.
Selebihnya adalah deretan bunga warna warni dan lapangan rumput hijau yang dipotong rapi. Di Tengah-tengah perkarangan, kau akan melihat lapangan bundar yang disebut dengan "Medan Nan Bapaneh" yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai area terbuka. Biasanya pada lapangan ini dilakukan berbagai pementasan adat seperti, taria, drama, musik, dan lain sebagainya. Setelahnya kamu akan melewati 2 buah “rangkiang” yang merupakan lumbung padi.
Selanjutnya yang menjadi tujuan utamanya adalah Ruma Gadang Sungai beringin yang gonjongnya berjumlah 7 dengan pahatan dan ukiran kayu yang begitu indah dan mempesona, serta keunikan yang ada di dalam lukisannya. pada bagian tengahnya terdapat dua jalur tangga yang menjorok menuju serambi Rumah Gadang.
Di dalam rumah kamu akan melihat berbagai benda-benda unik Rumah Gadang, seperti tempat tidur lengkap dengan tirainya, mejam, kursi, dan juga berbagai alat musik adat Minangkabau ada di dalamanya. Selain itu juga terdapat patung bundo kanduang lengkap dengan caranonya dan juga patuk ninik mamak dengan kerisnya yang berdiri menghadap ke arah halaman depan.
Jika kamu melihat keluar jendela Rumah Gadang itu, maka kamu akan menyaksikan langsung pemandangan yang luar biasa indahnya, serta pemandangan pegunungan dengan hutan hijaunya yang masih subur. Kamu akan merasakan tiupan angin yang menyegarkan masuk ke dalam Rumah Gadang itu.
Itulah 4 Rumah Adat Di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat dengan keunikan dan pesona keindahan maupun pelajaran budaya yang ada di dalamnya. Jika kamu berada di Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat jangan lupa berkunjung ke sini ya, dijamin kamu ngak bakal nyesel.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto