Setop Membuat Lemari, BLK Padang Kini Buat Peti Mati Khusus Jenazah Covid-19

PADANG, iNews.id - Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) memproduksi ratusan peti mati khusus jenazah Covid-19. Peti mati itu dikerjakan oleh instruktur dari BLK jurusan meubelair yang biasa membuat lemari ataupun meja dari kayu.

Kepala BLK Kota Padang Syamsi Hari mengatakan, pembuatan peti mati ini merupakan inisiatif dari BLK setelah pihaknya mendapat keluhan dari beberapa rumah sakit yang merawat korban Covid-19 kekurangan peti mati.

Baca Juga

Nyaru Jadi Pembeli, Polisi Tangkap Bandar Sabu di Padang

"Kami memikirkan karena banyaknya korban Covid-19. Dan ternyata ada kekurangan peti mati. Kami inisiatif membuatnya," kata Syamsi, Minggu (20/12/2020).

Syamsi menambahkan, sebelum membuat peti mati, pegawai jurusan meubelair ini hanya membuat peralatan rumah seperti lemari dan kursi.

Baca Juga

Sempat Reaktif Covid-19, 27 Tahanan di Sel Kejaksaan Padang Dipindah ke Rutan

"Selama ini kami membuat untuk lemari, meja kursi. Tapi ini kami membuat peti mati," kata dia.

Baca Juga

Kuras Rp11,2 Juta dari Rekening Mahasiswi, Sopir Travel di Padang Diciduk Polisi

Peti mati ini, kata Syamsi, dibuat khusus untuk jenazah Covid-19. Di dalamnya dilapisi alumunium foil hingga kain parasit.

"Ada penambahan bahan di peti mati ini, seperti alumunium foil, kain biasa dan kain parasut tiga lapis serta busa," kata dia.

Peti mati khusus ini dibuat dari bahan kayu multiplex yang kemudian dilapisi alumunium foil serta busa dan tiga lapis kain parasut. Hal ini bertujuan sebagai antisipasi cairan jenazah Covid-19 agar tidak tembus keluar peti sehingga aman bagi lingkungan sekitar.

Sebagai tahap awal, ada dua rumah sakit rujukan Covid-19 yang memesan, yakni Rumah Sakit M. Djamil Padang dan Rumah Sakit Unand.

"Mereka telah memesan sebanyak 57 unit peti mati khusus," kata dia.

Sementara itu, untuk satu peti mati bisa dikerjakan selama satu hari oleh tenaga kerja yang merupakan gabungan dari berbagai instruktur di BLK. Pengerjaan peti mati ini dilakukan oleh 40 orang pekerja yang merupakan instruktur dan peserta pelatihan.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto